Tipe-tipe Motivasi
Pada posting sebelumnya, saya telah membahas tentang pengertian motivasi. Sekarang saya akan membahas tentang tipe-tipe motivasi. Motivasi terbagi menjadi dua yaitu motivasi eksternal dan motivasi internal. Motivasi eksternal menurut Santrock (2008) termasuk dorongan atau dukungan dari luar diri sendiri seperti reward (pujian, hadiah, dan sebagainya) dan punishment atau hukuman.
Contoh dengan reward, dulu saya kelas 3-5 SD, dijanjikan orang tua saya bila saya mendapatkan nilai 100 pada ulangan umum, maka saya boleh mendapatkan 100 butir kelereng (dulu saya main kelereng, lho... ^^) atau hadiah lainnya sehingga saya berusaha untuk mendapatkan nilai 100 itu. Contoh dengan punishment, orang tua saya juga pernah menghukum saya ketika saya duduk di kelas 1 SD, dengan membakar mainan gambaran saya, karena saya tidak mau untuk belajar saat itu. Dengan adanya hukuman tersebut, akhirnya saya belajar juga, karena takut mainan saya yang lain juga dibakar.
Heckhausen (dalam Hawadi, 2001) menyebutkan tiga ukuran standar keunggulan, antara lain karena prestasi sendiri, prestasi orang lain, atau prestasi untuk menyelesaikan suatu tugas. Terkadang murid lebih ingin berprestasi ketika ada saingan (temannya), sehingga motivasi mereka untuk belajar lebih tinggi. Hal ini juga dapat dicontohkan sebagai motivasi eksternal.
Sedangkan motivasi internal adalah pendekatan yang berasal dari dalam diri sendiri. Motivasi internal berdasarkan faktor-faktor internal seperti determinasi diri, keingintahuan, suka tantangan, dan keinginan untuk berusaha (Santrock, 2008). Contoh, seorang anak yang kurang mampu, namun masih dapat bersekolah walau keluarganya sulit, dia ingin berprestasi dalam belajar untuk membanggakan orang tuanya dan membuktikan bahwa dirinya juga bisa. Kasus ini awalnya dapat berasal dari lingkungan, namun pada penerapannya anak ini ingin berprestasi dengan keinginannya sendiri dan membuktikan bahwa dirinya mampu.
Pendekatan humanistik dan kognitif menitikberatkan pentingnya motivasi intrinsik dalam berprestasi. Pandangan kognitif dan motivasi diri yang ditampilkan dicerminkan oleh anak dengan mastery motivation. Psikolog perkembangan Valanne Henderson dan Carol Dweck (dalam Santrock, 2008) menemukan bahwa anak-anak sering menunjukkan dua respon berbeda untuk persoalan yang sulit maupun yang menantang. Individu yang memperlihatkan mastery motivation adalah seseorang yang berorientasi pada tugas, selain fokus pada kemampuan mereka, mereka juga berkonsentrasi pada strategi belajar dan proses pencapaian daripada hasil yang didapat. Berbeda dengan individu yang helpless orientation yang terperangkap dengan kesulitan, dan selalu mengatakan bahwa mereka tidak mampu.
Carol Dweck (dalam Santrock, 2008) dengan analisis motivasi terhadap pencapaian stres penting bagi anak untuk mengembangkan pikiran, Carol mendefinisikan sebagaimana kognitif memandang individu mengembangkan diri mereka. Beliau menyimpulkan bahwa individu mempunyai dua pola pikir (mindset): (1) pola pikir pasti (fixed mindset), yang mereka percaya bahwa kualitas mereka seperti terpahat di batu dan tidak dapat berubah; atau (2) pola pikir berkembang (growth mindset), yang dipercaya bahwa kualitas mereka dapat berubah dan mengembangkannya dengan usaha mereka. Fixed mindset mirip dengan helpless orientation, sedangkan growth mindset hampir sama seperti mastery motivation.
Contoh dengan reward, dulu saya kelas 3-5 SD, dijanjikan orang tua saya bila saya mendapatkan nilai 100 pada ulangan umum, maka saya boleh mendapatkan 100 butir kelereng (dulu saya main kelereng, lho... ^^) atau hadiah lainnya sehingga saya berusaha untuk mendapatkan nilai 100 itu. Contoh dengan punishment, orang tua saya juga pernah menghukum saya ketika saya duduk di kelas 1 SD, dengan membakar mainan gambaran saya, karena saya tidak mau untuk belajar saat itu. Dengan adanya hukuman tersebut, akhirnya saya belajar juga, karena takut mainan saya yang lain juga dibakar.
Heckhausen (dalam Hawadi, 2001) menyebutkan tiga ukuran standar keunggulan, antara lain karena prestasi sendiri, prestasi orang lain, atau prestasi untuk menyelesaikan suatu tugas. Terkadang murid lebih ingin berprestasi ketika ada saingan (temannya), sehingga motivasi mereka untuk belajar lebih tinggi. Hal ini juga dapat dicontohkan sebagai motivasi eksternal.
Sedangkan motivasi internal adalah pendekatan yang berasal dari dalam diri sendiri. Motivasi internal berdasarkan faktor-faktor internal seperti determinasi diri, keingintahuan, suka tantangan, dan keinginan untuk berusaha (Santrock, 2008). Contoh, seorang anak yang kurang mampu, namun masih dapat bersekolah walau keluarganya sulit, dia ingin berprestasi dalam belajar untuk membanggakan orang tuanya dan membuktikan bahwa dirinya juga bisa. Kasus ini awalnya dapat berasal dari lingkungan, namun pada penerapannya anak ini ingin berprestasi dengan keinginannya sendiri dan membuktikan bahwa dirinya mampu.
Penjelasan motivasi
Pendekatan humanistik dan kognitif menitikberatkan pentingnya motivasi intrinsik dalam berprestasi. Pandangan kognitif dan motivasi diri yang ditampilkan dicerminkan oleh anak dengan mastery motivation. Psikolog perkembangan Valanne Henderson dan Carol Dweck (dalam Santrock, 2008) menemukan bahwa anak-anak sering menunjukkan dua respon berbeda untuk persoalan yang sulit maupun yang menantang. Individu yang memperlihatkan mastery motivation adalah seseorang yang berorientasi pada tugas, selain fokus pada kemampuan mereka, mereka juga berkonsentrasi pada strategi belajar dan proses pencapaian daripada hasil yang didapat. Berbeda dengan individu yang helpless orientation yang terperangkap dengan kesulitan, dan selalu mengatakan bahwa mereka tidak mampu.
Carol Dweck (dalam Santrock, 2008) dengan analisis motivasi terhadap pencapaian stres penting bagi anak untuk mengembangkan pikiran, Carol mendefinisikan sebagaimana kognitif memandang individu mengembangkan diri mereka. Beliau menyimpulkan bahwa individu mempunyai dua pola pikir (mindset): (1) pola pikir pasti (fixed mindset), yang mereka percaya bahwa kualitas mereka seperti terpahat di batu dan tidak dapat berubah; atau (2) pola pikir berkembang (growth mindset), yang dipercaya bahwa kualitas mereka dapat berubah dan mengembangkannya dengan usaha mereka. Fixed mindset mirip dengan helpless orientation, sedangkan growth mindset hampir sama seperti mastery motivation.
Daftar Pustaka
Hawadi, R.A. (2001). Psikologi perkembangan anak mengenal sifat, bakat, dan kemampuan anak. Jakarta: Grasindo.
Santrock, J. W. (2008). Children (10th ed.). New York: McGraw-Hill.
Dweck's Mindset: http://images.google.co.id/imgres?imgurl=http://johnnyholland.org/wp-content/uploads/dweck_mindset.jpg&imgrefurl=http://johnnyholland.org/2008/10/27/fixed-vs-growth-mindsets/&usg=__ry7Xlc_l5ljcQYahELiUzioZF94=&h=846&w=640&sz=104&hl=id&start=4&tbnid=TVkwr-NUlY8KLM:&tbnh=145&tbnw=110&prev=/images%3Fq%3Dgrowth%2Bmindset%26gbv%3D2%26hl%3Did%26sa%3DG
video: http://www.youtube.com/watch?v=Wh_cHUgHVKw&feature=channel
Santrock, J. W. (2008). Children (10th ed.). New York: McGraw-Hill.
Dweck's Mindset: http://images.google.co.id/imgres?imgurl=http://johnnyholland.org/wp-content/uploads/dweck_mindset.jpg&imgrefurl=http://johnnyholland.org/2008/10/27/fixed-vs-growth-mindsets/&usg=__ry7Xlc_l5ljcQYahELiUzioZF94=&h=846&w=640&sz=104&hl=id&start=4&tbnid=TVkwr-NUlY8KLM:&tbnh=145&tbnw=110&prev=/images%3Fq%3Dgrowth%2Bmindset%26gbv%3D2%26hl%3Did%26sa%3DG
video: http://www.youtube.com/watch?v=Wh_cHUgHVKw&feature=channel
0 komentar:
Posting Komentar